Senin, 04 April 2022

Kajian Fiqih Wanita, Haid Nifas Istihadhah

HOME STRUKTUR KEPENGURUSAN PROGRAM KERJA SEJARAH MASJID INFORMASI




Ustadzah Sri Wahyuni selaku pemateri

Haid atau menstruasi adalah darah yang keluar melalui kelamin perempuan yang sudah berusia minimal 9 tahun hijriyah kurang 16 hari kurang sedikit (8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit), dan keluar tidak disebabkan sakit atau melahirkan.

Demikianlah yang disampaikan Ustadzah Sri Wahyuni pada acara kajian Fiqih Wanita yang diselenggarakan oleh Seksi Pemberdayaan Perempuan dan Sosial, Dewan Kemakmuran Masjid Agung Al - A'la Kabupaten Gianyar, Jumat 1 April 2022.

Lalu terkait hukum mempelajari haid, wanita yg juga Ketua MT Ibu - Ibu Masjid Al-A'la Gianyar ini juga menyampaikan bahwa hukum mempelajari haid adalah Fardhu ‘ain bagi semua perempuan yang sudah baligh. Terkait seluruh permasalahan dalam bab haidh, nifas dan istihadhah.

Bahkan bagi suami yang tidak bisa mengajari sendiri istrinya tidak boleh melarang istrinya untuk keluar rumah dalam rangka mempelajari hukum-hukum haidh dan yang terkait. (I’anatut-Thalibin)

Dan bagi laki - laki, hukumnya Fardhu kifayah. Apabila ada yang memahami ilmu haidh, maka kewajiban yang lain sudah gugur. Berkaitan langsung dengan ibadah amaliah yang harus dilakukan.

Kegiatan yang diikuti dengan antusias oleh 80 orang peserta ini juga membahas tentang masa waktu haid dan masa suci setelah haid. Terlebih dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Terkait masa haid paling sedikit adalah 24 jam, baik terus-menerus atau terputus-putus dalam masa 15 hari. Seandainya kapas atau sesamanya dimasukkan ke dalam kemaluan masih menampakkan bercak atau basahnya darah haid meskipun hanya berwarna keruh dan tidak sampai mengalir ke bagian luar vagina.

Dan jika tidak menampakkan bercak sedikitpun, maka berarti sudah putus dari darah. Apabila jumlah keluarnya darah diragukan apakah mencapai 24 jam atau tidak, maka terdapat 2 pendapat. Pertama menurut Imam Ibnu Hajar tidak dihukumi haidh, tetapi dihukumi istihadhah. Sedangkan menurut Imam Ramli dihukumi haidh.

Paling banyak masa haidh adalah 15 hari 15 malam tanpa disyaratkan darah keluar terus menerus. Namun ketika dijumlah mencapai 24 jam. Dan apabila ketika dijumlah tidak mencapai 24 jam maka tidak dihukumi haidh.

Selama darah keluar dalam batasan 15 hari 15 malam, maka warna dan sifat-sifat darah tidak menjadi pertimbangan dan tidak mempengaruhi, sehingga semua darah yang keluar dihukumi haid.


Termasuk berhukum haid adalah bersih disela-sela darah haid tersebut, demikian menurut pendapat yang kuat. Pendapat ini diberi nama dengan qaul sahbi. Sedangkan pendapat sebaliknya mengatakan bahwa bersih disela-sela darah haidh tidak berhukum haidh, pendapat ini diberi nama dengan qaul laqthi.

Jadi, menurut pendapat terakhir ini puasa dan sholat yang dilakukan pada waktu bersih di sela-sela keluarnya darah dihukumi sah.

Paling sedikitnya masa suci yang memisah antara satu darah haidh dengan darah haid lain adalah 15 hari 15 malam secara terus menerus. Sedangkan untuk maksimalnya tidak ada batasan tertentu.

Apabila masa suci yang memisah kurang dari 15 hari 15 malam. Maka terdapat empat perkara sebagai berikut:

Pertama, apabila masa keluarnya darah pertama, serta masa bersih yang memisah dan masa keluarnya darah kedua masih dalam rangkaian masa 15 hari terhitung dari masa permulaan keluarnya darah pertama, maka semuanya dihukumi haidh plus masa bersih yang menengah-nengahi.

Kedua, apabila masa keluarnya darah pertama ditambah masa bersih sudah mencapai 15 hari atau lebih, sedangkan masa darah kedua ditambah masa bersih sebelumnya genap 15 atau kurang, maka hukumnya adalah pertama dihukumi haidh. Kedua, darah kedua dihukumi darah istihadhoh/fasad.

Ketiga apabila masa keluarnya darah pertama ditambah masa bersih sudah mencapai 15 hari atau lebih, sedangkan masa darah kedua ditambah masa bersih sebelumnya lebih dari 15 hari, maka hukumnya adalah, Darah pertama dihukumi haid, bersih yang menengahi dihukumi suci, dan darah kedua yang menyempurnakan masa suci genap 15 hari dihukumi darah istihadhah/fasad.

sedangkan darah selebihnya dihukumi darah haid asalkan memenuhi syarat-syarat haid ( tidak kurang dari 24 jam dan tidak melebihi 15 hari). Jika sisa darah kedua melebihi 15 hari maka perempuan tersebut tergolong mustahadhah.

Keempat, jika keluarnya darah kedua masih dalam rangkaian 15 hari terhitung sejak keluarnya darah pertama dan keluarnya darah kedua melebihi dari 15 hari terhitung sejak keluarnya darah pertama, maka perempuan tersebut tergolong wanita yang mengalami istihadhah.

Redaksi : @bento_jalan2 

Foto : Nurul Hidayah