Foto Pertempuran 10 November 1945
Dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, para ulama menjadi tokoh sentral kepemimpinan sekaligus penggerak santri atau masyarakat untuk turut berjuang. Ulama menjadi tokoh yang begitu dihormati baik oleh para santri maupun masyarakat yang mengikutinya. Maka tidak sulit bagi para Ulama untuk mengajak rakyat untuk turut memberontak penjajahan dan membantu merebut kemerdekaan. Mereka membentuk laskar-laskar rakyat untuk mendapat pelatihan militer dan memanggul senjata. Di bawah seruan para ulama, terbentuklah laskar-laskar rakyat seperti Hizbullah, Sabilillah, dan Mujahidin. Masing-masing dari mereka memegang peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan.
Meskipun kontribusi dan jasa para ulama ini sangat amat jarang diperbincangkan, namun tak menutupi bahwa perlawanan untuk melawan penjajahan yang digerakkan para ulama menjadi alat yang sangat kuat dan berbahaya yang digunakan rakyat pribumi pada masa pemerintahan kolonial. Termasuk pada saat perjuangan 10 November 1945 yang dipimpin oleh Bung Tomo dengan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) di Surabaya dimana Bung Tomo menyuarakan orasi pemberontakan terhadap sekutu setelah meminta arahan dari beberapa Ulama. Bahkan disebutkan bahwa Fatwa Resolusi Jihad yang ditulis oleh K.H. Hasyim Asy'ari diterima oleh Bung Tomo beberapa hari sebelum melakukan aksi saat berkunjung ke pesantren dan meminta doa kepada K.H. Hasyim Asy'ari. Resolusi jihad inilah yang membakar semangat juang Arek-arek Surabaya pada 10 November 1945. Sehingga kaum santri dan rakyat bersatu mengusir tentara sekutu dari Kota Pahlawan.
Pertempuran besar yang terjadi pada 10 November 1945 di Surabaya, benar-benar di luar perkiraan sekutu. Pemimpin sekutu mengira Surabaya bakal takluk dalam tiga hari. Namun, pertempuran sengit itu berlangsung hingga 100 hari. Oleh sebab itu, pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Ada beberapa catatan penting sebagai refleksi bersama tentang makna Hari Pahlawan. Pertempuran dahsyat 10 November 1945 itu tak bisa lepas dari kejadian-kejadian sebelumnya. Salah satu isi Resolusi Jihad NU adalah mewajibkan bagi umat Islam, untuk mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda dan sekutunya yang ingin berkuasa kembali di Indonesia.
Fatwa Resolusi Jihad tersebut, merupakan wujud kecintaan ulama terhadap bangsa ini sekaligus sebagai bentuk komitmen para ulama dan para santri untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang dideklarasikan tiga bulan sebelumnya. Untuk itu, momentum Hari Pahlawan dan Resolusi Jihad harus jadikan refleksi bersama untuk menanamkan rasa nasionalisme pada anak bangsa. Itulah peran signifikan yang dilakukan oleh ulama dalam mewujudkan cita-cita mempertahankan kemerdekaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar