Senin, 05 Desember 2016

KETIKA PERINGATAN MAULID NABI DI PERMASALAHKAN

 
Makam Rasulullah SAW
Rabi’ul Awal adalah bulan bertabur pujian dan rasa syukur. Di bulan ini, 1400 tahun silam, terlahir makhluk terindah yang pernah diciptakan Allah SWT, namanya Muhammad SAW. Kita patut memujinya,karena tiada ciptaan yang lebih sempurna dari Baginda Nabi SAW. Berkat beliau, seluruh semesta menjadi terang benderang. Kabut jahiliah tersingkap berganti cahaya yang memancarkan kedamaian dan ilmu pengetahuan. Tiada nikmat yang lebih berhak untuk disyukuri dari nikmat wujudnya sang kekasih, Muhammad SAW. Tiada hal yang lebih menggembirakan, melainkan Rahmat Allah SWT atas diutusnya Baginda Nabi SAW. Peringatan Maulid Nabi hakikatnya adalah  ungkapan  rasa syukur dan kegembiraan atas kelahiran beliau.

Memperingati Maulid Nabi sudah menjadi tradisi yang mengakar di kalangan umat Islam Indonesia Hari kelahiran Nabi Muhamad yang jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal ini bahkan sudah menjadi salah satu hari besar dan hari libur nasional. Hukum merayakan Maulid Nabi dipertanyakan halal haramnya setelah munculnya neo Khawarij yang bernama Wahabi yang mengharamkan peringatan Maulid Nabi dan  menganggapnya sebagai  bid’ah  dhalalah. Namun demikian, antusiasme memperingati hari paling bersejarah itu tak pernah surut. Di seluruh belahan bumi, termasuk di Kabupaten Gianyar, umat Islam tetap semangat menyambut hari kelahiran Nabi SAW dengan beragam kegiatan.

Secara harfiah, maulid bermakna hari lahir. Belakangan istilah maulid digunakan untuk sirah Nabi SAW, karena, seperti telah dimafhumi, sejarah dimulai dengan kelahiran atau saat - saat menjelang kelahiran. Sirah, atau sejarah hidup Rasulullah SAW itu sangat perlu dibaca dan dikaji karena penuh inspirasi   dan  bisa  memantapkan iman. Allah SWT berfirman, yang artinya : “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu” QS.Hud : 120


HARI ISTIMEWA

Perlu diketahui, sejatinya Allah SWT juga menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai momen istimewa. Fakta menunjukkan, Rasulullah SAW terlahir dalam keadaan bersujud dan sudah dikhitan, terlihatnya cahaya yang teramat terang hingga menembus istana - istana Romawi, dan padamnya api di negeri Persia yang semenjak 1000 tahun menyala tiada henti. Peristiwa peristiwa akbar tersebut merupakan kabar bagi seluruh alam, bahwa pada detik itu telah lahir makhluk terbaik yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.


SEJARAH MAULID NABI

Ada berbagai macam versi mengenai waktu awal mula diadakannya peringatan Maulid Nabi. Jalaluddin As-Suyuthi menerangkan bahwa orang yang pertama kali menyelenggarakan Maulid Nabi adalah Malik Mudhaffar Abu Sa’id Kukburi (1153-1232 M). Sebagian pendapat mengatakan bahwa Shalahuddin Al Ayyubi (1138 - 1193 M), yang pertama kali melakukan peringatan Maulid Nabi secara resmi.

Sementara versi lain menyatakan bahwa perayaan Maulid Nabi ini dimulai  pada  masa  dinasti Daulah Fathimiyah di Mesir pada akhir abad keempat Hijriyah atau abad 12 masehi. Kegiatan perayaan (ihtifal) Maulid Nabi ini kemudian menyebar ke berbagai negara Islam termasuk Indonesia.


HUKUM MEMPERINGATI MAULID NABI

Mayoritas ulama membolehkan peringatan Maulid Nabi Muhammad selagi tidak ada perbuatan yang melanggar syariat saat peringatan tersebut. Perayaan Maulid Nabi yang berupa berkumpulnya manusia untuk membaca ayat Quran, mendengar sejarah Nabi, membaca shalawat dan salam untuk Nabi, memberi shodaqoh makanan, dan menyenangkan hati umat, termasuk dari bid'ah yang baik (hasanah) yang mendapat pahala karena bertujuan mengagungkan Nabi Muhammad dan menampakkan kegembiraan terhadap kelahiran Nabi.


HIKMAH PERINGATAN MAULID  NABI

Peringatan Maulid Nabi SAW sarat dengan hikmah dan manfaat. Di antaranya: Mengenang kembali kepribadian Rasulullah SAW, perjuangan beliau yang penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi yang diemban beliau dari Allah SWT kepada alam semesta.

Selain itu, dengan menghelat Maulid, umat Islam bisa berkumpul dan saling menjalin silaturahim. Yang tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal, yang tadinya jauh bisa menjadi dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya, berkat beliau SAW, kita juga akan lebih dekat kepada Allah SWT.

"Sempat terbesit sebuah pertanyaan dalam benak, kenapa membaca sirah baginda Rasulullah mesti di bulan maulid saja? Kenapa tidak setiap hari, setiap saat?"
Memang, sebagai tanda syukur kita sepatutnya mengenang beliau SAW setiap saat. Akan tetapi, alangkah lebih afdhal apabila di bulan maulid kita lebih intens membaca sejarah hidup beliau SAW seperti halnya puasa Nabi SAW di hari Asyura’ sebagai tanda syukur atas selamatnya Nabi Musa as, juga puasa Nabi SAW di hari senin sebagai hari kelahirannya.

‘Ala kulli hal, sudah saatnyalah mereka yang anti maulid lebih bersikap toleran. Bila perlu, hendaknya bersedia bergabung untuk bersama - sama membaca sirah Rasul SAW. Atau, minimal, sebagai orang yang mengaku muslim, hendaknya merasakan gembira dengan datangnya bulan Rabiul Awal. Sudah sepantas-nya di bulan ini kita sediakan waktu untuk mengkaji lebih dalam sejarah hidup Rasul SAW, melalui Peringatan Maulid Nabi dan Jangan lagi menggugat maulid! (red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar